Sabtu, 01 Desember 2007

Band Itu Bernama "Efek Rumah Kaca"


Another Pop Song from Another Pop Band


Amazed!! Mungkin satu kata itu yang mewakili kata hati saya ketika mendengar lagu-lagu dari “Efek Rumah Kaca” (ERK). Band Jakarta ini sedang banyak menjadi omongan orang-orang dan para kritikus musik. Dan kebanyakan testimonial orang-orang menyanjung musik yang mereka usung. Begitu juga dengan saya.

Lagu “Di Udara”, yang terinspirasi dari sebuah film semi-documenter mengenai peristiwa meninggalnya tokoh pejuang HAM Munir, di sebuah pesawat udara, merupakan tembang pertama dari mereka yang menarik perhatian telinga saya. Ketika lagu ini masuk ke dalam chart Nu Buzz radio Prambors, ERK langsung saya masukkan ke dalam list band favorit saya. Bukan lantaran lagu ini bertema hukum dan HAM. Namun lebih ke penggunaan lirik bahasa Indonesia yang cerdas dan tidak biasa di dalamnya. Bahasa Indonesia yang dikemas secara puitis dalam setiap bait lagu-lagu mereka adalah salah satu kelebihan dari band ini.

Efek Rumah Kaca yang beranggotakan Cholil (Vokal/Gitar), Adrian (Bass/Back.Vokal), dan Akbar (Drum/Back.Vokal) mengawali band mereka pada tahun 2001. Mulanya, band ini bernama “Hush”, lalu kemudian menjadi “Superego”. Karena mereka sudah mendengar ada band lain yang menggunakan nama yang sama, mereka memutuskan untuk berganti nama menjadi “Efek Rumah Kaca” pada tahun 2006. Nama ERK sendiri diambil dari salah satu judul lagu yang mereka ciptakan.

Sebenarnya ERK sudah merekam lagu-lagunya sejak tahun 2004. Namun baru pada tahun 2007 ini, mereka memutuskan untuk merilis album dibawah payung Pavilliun Records, label yang sebelumnya pernah merilis album Dear Nancy, D’Zeek, dan The Safari.

Konsep minimalis dalam lagu-lagu mereka diracik dengan maksimal, walaupun banyak orang-orang yang mengkategorikan post-rock sebagai genre yang mereka usung. Bahkan ada juga yang menyebut warna musik mereka shogaze, termasuk saya. Mungkin karena tone lagu mereka yang low tempo dan bernuansa agak kelam membuat saya berpikir demikian. Ketika tahu itu, Cholil sang vokalis dengan tegas mengatakan kepada saya bahwa musik mereka pop. “Musik yang kami usung pop,” kata Cholil ketika berbincang-bincang dengan saya usai penampilan mereka di Riot on Air Radio Prambors beberapa waktu lalu. But, isn’t just a pop, I think.

Buat saya, ERK menawarkan musik pop yang benar-benar baru. Musik mereka membunuh kebosanan telinga penikmat musik Indonesia akan lagu-lagu pop yang begitu-begitu saja. Tema-tema social, politik, dan keseharian banyak mempengaruhi materi album perdana mereka. Lirik lagu dengan bahasa Indonesia yang puitis dan cerdas, sekali lagi merupakan kekuatan dari lagu-lagu ERK.

Hampir semua lagu yang ada di album pertama mereka ini diciptakan oleh Cholil. Ada delapan lagu yang diciptakan olehnya, termasuk juga sebagian besar liriknya. Cholil ingin mengangkat tema dengan lirik yang tidak biasa dan dengan struktur bahasa Indonesia yang tidak biasa juga.

Dengar saja lagu “Jalang” yang terinspirasi dari ketidaksetujuan mereka terhadap isu RUU APP. Lalu ada juga “Belanja Sampai Mati” yang memotret pola hidup konsumerisme di kalangan masyarakat, tak terkecuali mereka. Tak hanya tema-tema social, mereka juga menciptakan lagu bertema cinta. Tapi lagu cinta yang mereka ciptakan tidak seperti lagu-lagu cinta yang kebanyakan beredar dipasaran. Lagu “Jatuh Cinta Itu Biasa Saja” salah satunya. Lagu cinta ini terinspirasi dari kejenuhan akan lagu-lagu cinta yang menggunakan kalimat-kalimat metafora yang berlebihan. Mereka menggambarkan bahwa jatuh cinta itu adalah proses yang biasa-biasa saja.

Selain itu ada juga lagu yang berjudul “Cinta Melulu”, yang menyindir trend lagu band-band Indonesia sekarang yang tidak pernah keluar dari tema cinta dan sakit hati yang selalu mendayu-dayu. Yeeah,...mungkin karena kita kuping melayu, jadi suka yang sendu-sendu... Kemudian ada juga lagu “Sebelah Mata” yang merupakan buah karya Adrian (bass), bercerita tentang pengalaman pribadi Adrian saat mengalami penurunan penglihatan pada sebelah matanya. Ada juga lagu “Desember” yang didorong oleh keinginan membuat lagu balada dan bercerita tentang kesetiaan dan kesabaran akan segala sesuatu yang kita jalani.

Dan ada beberapa lagu lagi yang sepertinya harus kalian dengarkan sendiri. Tidak ada yang merekomendasikan band ini sebelumnya kepada saya. Karena lagu-lagu mereka seolah memperkosa telinga saya dan tak mau berhenti melantun di dalamnya. Tapi kini saya merekomendasikan ERK untuk kalian dengarkan. Bukan lantaran saya tergila-gila dengan band ini, tapi karena mereka memang layak direkomendasikan. Testimonial saya: It’s amazing album from amazing pop band. They’re genius and brilliant. Band-band sekarang mungkin sulit untuk untuk menulis lirik yang indah dan berkualitas dengan bahasa Indonesia. Dan mungkin itu pula yang menyebabkan band-band sekarang lebih memilih menggunakan bahasa Inggris dalam lirik-lirik lagu mereka. Tapi ini nggak berlaku sama ERK. Mereka bisa membuktikannya dengan lantunan bait-bait lagu yang indah.

Menurut mereka (ERK), bahasa Indonesia itu sangat indah dan kaya jika kita mau menguliknya lebih jauh. “Kami ingin memberikan warna musik yang baru pada kuping penikmat musik di Indonesia dengan menunjukkan bahwa masih banyak yang dapat digali dari musik Indonesia.” Cholil mengatakan ERK mencoba mengajak para pendengarnya untuk membuat satu perubahan. Tema social, politik, keseharian bahkan cinta, mereka coba kemas dalam nuansa musik pop agar lebih mudah diterima. Tapi sekali lagi saya katakan, ini bukan musik pop yang biasa kalian dengar. It’s another pop song. Kalau tidak percaya, coba saja kalian unduh sendiri. Saya menjagokan mereka menjadi the next big thing. Sebuah band yang patut dipertimbangkan.


Efek Rumah Kaca Song List:
1. Jalang 2. Jatuh Cinta Itu Biasa Saja 3. Bukan Lawan Jenis 4. Belanja Sampai Mati 5. Insomnia 6. Debu-debu Beterbangan 7. Di Udara 8. Efek Rumah Kaca 9. Melankolia 10. Cinta Melulu 11. Sebelah Mata 12. Desember

Tidak ada komentar: